/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Senin, 25 Mei 2015



Anak seringkali menjadi korban kekerasan (baca:KDRT) para orang tuannya, sehingga tatkala usianya belum matang mereka sudah harus merasakan penderitaan yang begitu dalam, tapi jangan terlalu khawatir, seorang bijak mengatakan : “ketika kau terlahir miskin, itu bukan salahmu, tapi ketika kau mati miskin itu baru salahmu”
Miskin disini berarti bukan saja miskin harta seperti yang selama ini kita kenal, ada juga miskin ilmu, miskin amal, miskin perhatian dan keperdulian, juga merupakan kemiskinan yang perlu diantisipasi
Dimensi Anak tergantung kepada 4 hal yaitu :
1.     Pendidikan                                      (tugas Diknas)
2.     Kesehatan                                       (tugas Dinkes)
3.     Keamanan                                        (tugas Polri)
4.     Dan karier di masa depan          (tugas Disnaker)
Jika kita bahas satu persatu keterkaitannya adalah :
1.     Tugas Diknas
Departemen Pendidikan Nasional harus mempersiapkan sumberdaya manusia melalui sebuah institusi yang bernama TK,SD,SMP,SMK,sampai Perguruan tinggi atau yang sering kita kenal dengan sebutan ‘sekolah’.
Sasarannya bukan hanya mendapatkan ijasah sehingga diakui sebagai alumni sebuah sekolah, tetapi lebih kepada :
a.     Menciptakan Sumberdaya manusia yang Berakhlak baik dan taat akan perintah Allah
b.     Mampu bersaing mendapatkan pekerjaan atau menciptakan pekerjaan
c.      Mampu menyelesaikan persoalan kehidupan dengan cara yang bijak.
Dalam hal ini perlu difasilitasi pendidikan non formal seperti diklat atau pelatihan dimasyarakat.
Walaupun tidak terlalu popular, diskusi interaktif, seminar dan lomba bidang pendidikan adalah solusi yang masih dirindukan oleh sebagian akademisi, mereka bilang :”ayo dong beri kami ruang”. Diknas jangan diam aja melihat keterpurukan ini.
Ancaman yang paling serius adalah semakin terpinggirkannya SDM local karena kalah bersaing dengan para pendatang dari manca Negara melalui Masyarakat Ekonomi Eropa (MEA)
2.     Tugas Dinas Kesehatan
Selain Pintar dan Cerdas, anak juga perlu sehat. Bicara sehat kita harus mengacu kepada definisi sehat menurut badan dunia  WHO : yaitu “……”
Hal ini berarti, untuk sehat kita harus benarbenar menjaga pola kehidupan kita, diantaranya :
1.     Pola Makan
2.     Pola Istirahat
3.     Pola bekerja
4.     Pola olah raga
5.     Dll.
Untuk mendapatkan asupan makanan yang baik saja ada aturannya, tidak bias asal kenyang saja, namun harus bergizi dan dari kualitas yang baik walaupun tidak perlu harus mahal. Hindari makanan cepat saji, yang walaupun terasa enak namun penuh dengan resiko terjangkit penyakit degenerative.
Istirahat walaupun ga harus lama-lama tapi perlu juga ditata seapik mungkin. Sehingga tidak banyak waktu terbuang hanya untuk istirahat, atau terjadi kelelahan karena kurangnya istirahat.
Sempatkanlah olah raga walaupun hanya senam kecilkecilan atau jogging di depan halaman rumah sendiri. Yang penting ada peregangan tubuh yang bias menghasilkan keringat. Pasti ga gampang sakit.
Kalau kita sudah terserang penyakit, apalagi yang dinyatakan penyakit orang kaya wuih, rasanya berapapun akan saya bayar asal dikembalikan lagi pada kondisi yang sehat. Mau sehat apa sakit?
Berikut ada beberapa institusi yang bertanggung jawab akan keberlangsungan kesehatan dimasyarakat :
1.     Dinas kesehatan                       (regulator penanganan penyakit)
2.     Dinas Kebersihan                     (menjaga agar sampah tidak jadi penyakit)
3.     Dinas Lingkungan Hidup        (Menjaga keseimbangan alam dari tangan jahil yang merusak)
4.     BKKBN
5.     Dinas Ketahanan Pangan
6.     Dinas Pertanian, peternakan dan kelautan
7.     Dinas Tata ruang
8.     Dinas Bina Marga dan Cipta karya
9.     Bappeda
10.      Dinas sosial
11.      Badan Narkotika Popinsi/kabupaten
Wah capek juga ya kalau ngomongin kesehatan. Tapi emang sih masalah kesehatan di Negara ini adalah masalah yang krusial hampir dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, yang kaya, miskin, di kota, di desa semuanya merasakan sakit.
Penulis sering melihat penunggu pasien di rumah sakit daerah, tergopoh-gopoh sambil berteriak histeris ketika memanggil seorang suster karena keluarganya terlihat sangat menghawatirkan. Pelayanan rumah sakit yang belum maksimal, ditambah lagi sarana prasarana yang belum menunjang (sebagian karena dikorupsi orang gila), menjadi penyebab kenapa pemerintah gagal menjadikan masyarakatnya terbebas dari penyakit. Untuk yang satu ini, rasa empati tim medis masih minus, mereka sering menyalahkan pasien,:”makanya pak …jaga kesehatan”katanya ketus.
Penyakit yang tampak tapi gak bisa dicegah adalah penyakit masyarakat, seperti Prostitusi terselubung, Anak Punk, KDRT, Narkoba, pengemis dan gelandangan. Kadang penulis bertanya dimana peran Negara? Ko ga selesai-selesai, malah orang gila di jalanan tambah banyak….
Pemerintah diharapkan lebih meningkatkan peranannya dalam memperjuangkan kesehatan masyarakat, harus dicari cara yang tegas dalam menegakan sebuah peraturan. Anda mau bantu?
3.     Tugas Keamanan
Masalah penegakan hukum, tak kalah pentingnya bagi kenyamanan masyarakat terutama bagi anak-anak korban KDRT. Banyaknya mafia trafiking dan adopsi anak secara illegal, hanya menjadikan mereka menjadi komoditi untuk dikomersilkan.
Sepenuhnya aparatur keamanan dari TNI,POLRI, Pamong Praja sampai kepada hansip hendaknya benar-benar mengawasi dan menindak kezaliman warga masyarakat. Jangan malah menutupinya dengan mengharapkan keuntungan sesaat.

Yang tidak kalah pentingnya adalah penegakan hokum berkorelasi kepada peningkatan Pajak untuk Negara dan itu berarti akan menambah pundi-pundi untuk mensejahterakan masyarakat (bukan mensejahterakan pejabat lho)

4.     Tugas Departemen Tenaga Kerja (Disnaker)
                        Karena ayahnya tidak bisa menafkahi keluarga, karena ibunya lebih senang menjadi PSK, ga mau capek. Karena keluarga ini serba kekurangan, terjadilah kekacauan ini. Saling menyalahkan yang berujung kepada penderitaan seorang anak.
                  Padahal diantara merka tidak sedikit yang bersekolah tinggi, tidak sedikit yang katanya mengerti hokum, tak sedikit yang fatwanya melebihi seorang ustad. Namun kenyataanya memble. Gak bisa mengatasi persoalan hidup yang disebabkan factor ekonomi dan factor kejiwaan yang tidak stabil.
            Apa yang harus diperbaiki? Salah satunya adalah meningkatkan penghasilan masyarakat dengan mendapatkan lapangan pekerjaan yang bisa menjamin masa depan keluarganya.
            Sementara itu sistim ketenaga kerjaan yang menggunakan sistim kontrak jelas menjadi salah satu penyebab keterpurukan karena banyaknya korban PHK dan upah dibawah standar.
            Depnaker mencoba merubah haluan dengan memberikan pelatihan-pelatihan agar masyarakat bisa berusaha dan mandiri, sekilas kita bisa lihat bahwa konsep untuk bekerja dan menjamin kelayakan orang bekerja mulai goyah. Kalau begitu diganti saja dengan departemen kewira usahaan, sedangkan para pekerja itu di atur saja dengan hokum pidana jika memang sengaja berbuat kesalahan dengan terlebih dahulu aparat hokum mensosialisasikan aturannya (iya khan…hehe sotoy)


0 komentar:

Posting Komentar