Anak seringkali menjadi korban
kekerasan (baca:KDRT) para orang tuannya, sehingga tatkala usianya belum matang
mereka sudah harus merasakan penderitaan yang begitu dalam, tapi jangan terlalu
khawatir, seorang bijak mengatakan : “ketika kau terlahir miskin, itu bukan
salahmu, tapi ketika kau mati miskin itu baru salahmu”
Miskin disini berarti bukan saja miskin harta seperti yang
selama ini kita kenal, ada juga miskin ilmu, miskin amal, miskin perhatian dan
keperdulian, juga merupakan kemiskinan yang perlu diantisipasi
Dimensi Anak tergantung kepada 4 hal yaitu :
1.
Pendidikan (tugas Diknas)
2.
Kesehatan (tugas Dinkes)
3.
Keamanan (tugas Polri)
4.
Dan karier
di masa depan (tugas Disnaker)
Jika kita bahas satu persatu keterkaitannya adalah :
1.
Tugas
Diknas
Departemen Pendidikan Nasional harus mempersiapkan
sumberdaya manusia melalui sebuah institusi yang bernama TK,SD,SMP,SMK,sampai
Perguruan tinggi atau yang sering kita kenal dengan sebutan ‘sekolah’.
Sasarannya bukan hanya mendapatkan ijasah sehingga
diakui sebagai alumni sebuah sekolah, tetapi lebih kepada :
a. Menciptakan
Sumberdaya manusia yang Berakhlak baik dan taat akan perintah Allah
b. Mampu
bersaing mendapatkan pekerjaan atau menciptakan pekerjaan
c. Mampu
menyelesaikan persoalan kehidupan dengan cara yang bijak.
Dalam hal
ini perlu difasilitasi pendidikan non formal seperti diklat atau pelatihan
dimasyarakat.
Walaupun
tidak terlalu popular, diskusi interaktif, seminar dan lomba bidang pendidikan
adalah solusi yang masih dirindukan oleh sebagian akademisi, mereka bilang
:”ayo dong beri kami ruang”. Diknas jangan diam aja melihat keterpurukan ini.
Ancaman
yang paling serius adalah semakin terpinggirkannya SDM local karena kalah
bersaing dengan para pendatang dari manca Negara melalui Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEA)
2.
Tugas Dinas
Kesehatan
Selain Pintar dan Cerdas, anak juga perlu sehat.
Bicara sehat kita harus mengacu kepada definisi sehat menurut badan dunia WHO : yaitu “……”
Hal ini berarti, untuk sehat kita harus benarbenar
menjaga pola kehidupan kita, diantaranya :
1. Pola Makan
2. Pola
Istirahat
3. Pola
bekerja
4. Pola olah
raga
5. Dll.
Untuk
mendapatkan asupan makanan yang baik saja ada aturannya, tidak bias asal
kenyang saja, namun harus bergizi dan dari kualitas yang baik walaupun tidak
perlu harus mahal. Hindari makanan cepat saji, yang walaupun terasa enak namun
penuh dengan resiko terjangkit penyakit degenerative.
Istirahat
walaupun ga harus lama-lama tapi perlu juga ditata seapik mungkin. Sehingga
tidak banyak waktu terbuang hanya untuk istirahat, atau terjadi kelelahan
karena kurangnya istirahat.
Sempatkanlah
olah raga walaupun hanya senam kecilkecilan atau jogging di depan halaman rumah
sendiri. Yang penting ada peregangan tubuh yang bias menghasilkan keringat.
Pasti ga gampang sakit.
Kalau kita
sudah terserang penyakit, apalagi yang dinyatakan penyakit orang kaya wuih,
rasanya berapapun akan saya bayar asal dikembalikan lagi pada kondisi yang
sehat. Mau sehat apa sakit?
Berikut ada
beberapa institusi yang bertanggung jawab akan keberlangsungan kesehatan
dimasyarakat :
1. Dinas
kesehatan (regulator
penanganan penyakit)
2. Dinas
Kebersihan (menjaga
agar sampah tidak jadi penyakit)
3.
Dinas Lingkungan Hidup (Menjaga
keseimbangan alam dari tangan jahil yang merusak)
4.
BKKBN
5.
Dinas Ketahanan Pangan
6.
Dinas Pertanian, peternakan dan kelautan
7.
Dinas Tata ruang
8.
Dinas Bina Marga dan Cipta karya
9.
Bappeda
10.
Dinas sosial
11. Badan
Narkotika Popinsi/kabupaten
Wah capek
juga ya kalau ngomongin kesehatan. Tapi emang sih masalah kesehatan di Negara
ini adalah masalah yang krusial hampir dirasakan oleh semua lapisan masyarakat,
yang kaya, miskin, di kota, di desa semuanya merasakan sakit.
Penulis
sering melihat penunggu pasien di rumah sakit daerah, tergopoh-gopoh sambil
berteriak histeris ketika memanggil seorang suster karena keluarganya terlihat
sangat menghawatirkan. Pelayanan rumah sakit yang belum maksimal, ditambah lagi
sarana prasarana yang belum menunjang (sebagian karena dikorupsi orang gila),
menjadi penyebab kenapa pemerintah gagal menjadikan masyarakatnya terbebas dari
penyakit. Untuk yang satu ini, rasa empati tim medis masih minus, mereka sering
menyalahkan pasien,:”makanya pak …jaga kesehatan”katanya ketus.
Penyakit
yang tampak tapi gak bisa dicegah adalah penyakit masyarakat, seperti
Prostitusi terselubung, Anak Punk, KDRT, Narkoba, pengemis dan gelandangan.
Kadang penulis bertanya dimana peran Negara? Ko ga selesai-selesai, malah orang
gila di jalanan tambah banyak….
Pemerintah
diharapkan lebih meningkatkan peranannya dalam memperjuangkan kesehatan
masyarakat, harus dicari cara yang tegas dalam menegakan sebuah peraturan. Anda
mau bantu?
3.
Tugas
Keamanan
Masalah
penegakan hukum, tak kalah pentingnya bagi kenyamanan masyarakat terutama bagi
anak-anak korban KDRT. Banyaknya mafia trafiking dan adopsi anak secara
illegal, hanya menjadikan mereka menjadi komoditi untuk dikomersilkan.
Sepenuhnya
aparatur keamanan dari TNI,POLRI, Pamong Praja sampai kepada hansip hendaknya
benar-benar mengawasi dan menindak kezaliman warga masyarakat. Jangan malah
menutupinya dengan mengharapkan keuntungan sesaat.
Yang tidak
kalah pentingnya adalah penegakan hokum berkorelasi kepada peningkatan Pajak
untuk Negara dan itu berarti akan menambah pundi-pundi untuk mensejahterakan
masyarakat (bukan mensejahterakan pejabat lho)
4.
Tugas
Departemen Tenaga Kerja (Disnaker)
Karena
ayahnya tidak bisa menafkahi keluarga, karena ibunya lebih senang menjadi PSK,
ga mau capek. Karena keluarga ini serba kekurangan, terjadilah kekacauan ini.
Saling menyalahkan yang berujung kepada penderitaan seorang anak.
Padahal
diantara merka tidak sedikit yang bersekolah tinggi, tidak sedikit yang katanya
mengerti hokum, tak sedikit yang fatwanya melebihi seorang ustad. Namun
kenyataanya memble. Gak bisa
mengatasi persoalan hidup yang disebabkan factor ekonomi dan factor kejiwaan
yang tidak stabil.
Apa yang
harus diperbaiki? Salah satunya adalah meningkatkan penghasilan masyarakat
dengan mendapatkan lapangan pekerjaan yang bisa menjamin masa depan
keluarganya.
Sementara
itu sistim ketenaga kerjaan yang menggunakan sistim kontrak jelas menjadi salah
satu penyebab keterpurukan karena banyaknya korban PHK dan upah dibawah
standar.
Depnaker
mencoba merubah haluan dengan memberikan pelatihan-pelatihan agar masyarakat
bisa berusaha dan mandiri, sekilas kita bisa lihat bahwa konsep untuk bekerja
dan menjamin kelayakan orang bekerja mulai goyah. Kalau begitu diganti saja
dengan departemen kewira usahaan, sedangkan para pekerja itu di atur saja
dengan hokum pidana jika memang sengaja berbuat kesalahan dengan terlebih
dahulu aparat hokum mensosialisasikan aturannya (iya khan…hehe sotoy)
0 komentar:
Posting Komentar